kirangan
  • BERANDA
  • PRODUK
    • T-SHIRT
  • TENTANG
  • KONTAK
  • BERANDA
  • PRODUK
    • T-SHIRT
  • TENTANG
  • KONTAK
  • ARJUNA
  • >
  • ARJUNA

ARJUNA

SKU:
$0.00
Unavailable
per item

Dalam Bhismaparwa dikisahkan bagaimana pasukan Korawa dan pasukan Pandawa berhadapan satu sama lain.

Sebelum pertempuran dimulai, terlebih dahulu Bisma meniup terompet kerangnya yang menggemparkan seluruh medan perang, kemudian disusul oleh para Raja dan ksatria, baik dari pihak Korawa maupun Pandawa.

Setelah itu Arjuna menyuruh Krisna yang menjadi kusir kereta perangnya, agar membawanya ke tengah medan pertempuran, supaya Arjuna bisa melihat siapa yang sudah siap bertarung dan siapa yang harus ia hadapi nanti.

Arjuna menjadi sedih karena harus memerangi mereka. Walaupun mereka jahat, tetapi Arjuna teringat bagaimana mereka pernah dididik bersama-sama sewaktu kecil dan sekarang berhadapan satu sama lain sebagai musuh.

Tiba-tiba Arjuna menjadi lemas melihat keadaan itu ia berkata, setelah melihat kawan dan sanak keluarga di hadapan saya dengan semangat untuk bertempur seperti itu, saya merasa tidak tega. Karena itu tidak pantas kalau kita membunuh para putera Dretarastra dan kawan-kawan kita itu.

Dengan keadaan demikian, Krisna mencoba untuk menyadarkan Arjuna. Dengan menjadi kusirnya, memberikan wejangan dan nasihat kepada Arjuna, agar ia bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, agar segala keraguan di hatinya sirna. Sehingga ia mau melanjutkan pertempuran. Selain itu Krisna memperlihatkan wujud semestanya kepada Arjuna agar Arjuna tahu siapa Krisna sebenarnya.

Wejangan dan nasehat ini disebut Bhagawad Gita atau Gita Sang Bagawan, artinya nyanyian seorang Begawan.

Ajaran tersebut kemudian dirangkum menjadi kitab tersendiri dan sangat terkenal di kalangan umat Hindu.

Setelah Arjuna sadar terhadap kewajibannya dan mau melanjutkan pertarungan karena sudah mendapat wejangan suci dari Kresna, maka pertempuran segera dimulai. Arjuna mengangkat busur Gandiwa panahnya, diringi oleh sorak sorai gegap gempita. Pasukan kedua pihak bergemuruh. Mereka meniup sangkala dan terompet tanduk,

memukul tambur dan genderang.

Pada saat-saat menjelang pertempuran tersebut, tiba-tiba Yudistira melepaskan baju zirahnya, meletakkan senjatanya, dan turun dari keretanya, sambil mencakupkan tangan dan berjalan ke arah pasukan Korawa. Seluruh pihak yang melihat tindakannya tidak percaya. Para Pandawa mengikutinya dari belakang sambil bertanya-tanya, namun Yudistira diam membisu terus melangkah. Di saat semua pihak terheran-heran, hanya Kresna yang tersenyum karena mengetahui tujuan Yudistira. Pasukan Korawa penasaran dengan tindakan Yudistira. Mereka siap siaga dengan senjata lengkap dan tidak melepaskan pandangan kepada Yudistira. Yudistira berjalan melangkah ke arah Bisma, kemudian dengan rasa bakti yang tulus ia menjatuhkan dirinya dan menyembah kaki Bisma, kakek yang sangat dihormatinya.

Yudistira berkata, “Hamba datang untuk menghormat kepadamu, O paduka nan gagah tak terkalahkan.

Kami akan menghadapi paduka dalam pertempuran. Kami mohon perkenan paduka dan kami memohon doa restu paduka”.

Bisma menjawab, “Apabila engkau O Maharaja dalam menghadapi pertempuran yang akan berlangsung ini, engkau tidak datang kepadaku, pasti kukutuk dirimu agar menderita kekalahan. Berperanglah dan dapatkan kemenangan hai putera Pandu, kekalahan tidak akan menimpa dirimu. Orang dapat menjadi budak kekayaan. Dengan kekayaan kaum Korawa telah mengikat diriku...”

Setelah Yudistira mendapat doa restu dari Bisma, kemudian ia menyembah Drona, Kripa dan Salya.

Semua mendoakan agar kemenangan berpihak kepada Pandawa. Setelah mendapat doa restu dari mereka semua, Yudistira kembali menuju pasukannya, dan siap untuk memulai pertarungan.

Maka di ujung hari ke 16, Karna meminta kusirnya, Raja Shalya, untuk mencari Arjuna.

Setelah melihat Arjuna, Karna melepaskan panah saktinya, yaitu Nagastra. Tapi Krisna menyelamatkan nyawa Arjuna dengan membuat kereta kuda Arjuna ambles beberapa senti ke dalam tanah,

sehingga Nagastra tidak mengenai kepala Arjuna. Mengetahui diserang Karna, Arjuna membalas dengan ratusan panah yang dirontokkan oleh Karna dengan anak-anak panah yang dilepaskannya juga, sehingga Arjuna pun kehabisan anak panah. Saat itulah senja pun datang. Arjuna terselamatkan oleh keadaan.

Hari ke 17 pun tiba. Karna kembali berhadapan dengan Arjuna. Panah berbalas panah. Berkali-kali tali busur Arjuna putus oleh panah Karna tetapi dengan sekedipan mata, Arjuna berhasil memperbaikinnya.

Karna memuji Arjuna sebagai pemanah terbaik kepada Raja Shalya, kusirnya. Hingga saatnya kutukan Dewi Bumi pun terjadi pada Karna. Roda keretanya tiba-tiba ambles, hingga keretanya tidak bergerak sama sekali. Karna pun turun dari kereta untuk membantu Raja Shalya. Tapi Arjuna sudah semakin dekat.

Saat itu, Karna hendak merapal mantera untuk senjata andalannya yang lain yaitu Brahmastra.

Tapi sesuai dengan kutukan Parashurama, dia tidak ingat mantera tersebut. Saat Arjuna sudah dekat, Karna meminta waktu Arjuna menunggu sementara dia memperbaiki keretanya. Arjuna tadinya mau memberi waktu kepada Karna, tetapi Krisna mengingatkan Arjuna bahwa tidak sepatutnya Karna meminta Arjuna menunggu sesuai etika berperang, karena saat Abimanyu masuk ke dalam Cakrawiyuha, Karna telah membokong Abimanyu dengan menghancurkan busur dan keretanya. Artinya, Karna tidak pantas diberi kesempatan, karena dia telah menyalahi etika berperang terlebih dahulu. Tidak hanya itu, Karna pun membantu Duryodhana untuk menggelar perjudian dengan Pandawa, terlebih Karna telah menghina seorang perempuan yaitu Drupadi. Maka sebuah perbuatan adharma, jika Arjuna tidak membunuh orang yang selama hidupnya menyokong tindakan kekejian dan kejahatan.

Ragu-ragu, Arjuna pun melepaskan beberapa anak panah, dan tentu saja tidak bermaksud membunuhnya.

Krisna mengatakan bahwa dharma terbaik yang merupakan amal perbuatan dari Karna adalah tidak membunuh Arjuna sejak pertama kali dia merasa dendam kepadanya. Untuk itu, Krisna meminta Arjuna agar membunuh Karna untuk menyempurnakan dharma Karna. Maka Arjuna pun melepaskan panah yang menggugurkan Karna di medan perang.

Ketika Karna gugur, Maka Kunti menceritakan kepada khalayak bahwa Karna adalah benar-benar anak kandung darinya, dan menceritakan proses kejadian yang melahirkan Karna itu.

Mengetahui bahwa Karna adalah saudara kandung, maka para Pandawa meratapi diri bahwa mereka telah melakukan pembunuhan terhadap saudara sendiri. Sementara Yudhisthira meluapkan amarah kepada Ibu Kunti.

Atas permintaan Karna sebelum meninggalnya, ritual pembakaran jenazah Karna dipimpin langsung oleh Krishna, dan sepanjang sejarah Mahabarata, hanya Karna lah yang mendapat kehormatan seperti ini. Krisna yang merupakan penjelmaan dari Dewa Wisnu melakukan penghormatan kepada seorang Karna.

  • Facebook
  • Twitter
  • Pinterest
  • Google+
Add to Cart
Site powered by Weebly. Managed by Rumahweb Indonesia